Yayasan Cahaya Guru

Perundungan dan kekerasan di kalangan remaja dan anak-anak merupakan masalah serius yang meresahkan di lingkungan pendidikan. Fenomena ini tidak hanya berdampak buruk pada korban, tetapi juga pada pelaku dan seluruh komunitas sekolah. Pada saat yang sama, pendidikan merupakan fondasi yang penting untuk membangun keragaman, toleransi, dan kemanusiaan. Oleh karena itu, menjaga lingkungan pendidikan yang aman, bebas dari perundungan dan kekerasan, adalah suatu keharusan.

Ngobrol Pendidikan Keragaman bersama Yayasan Cahaya Guru kali ini bersama narasumber: Feri Sahputra, Peneliti Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak (PUSKAPA) Universitas Indonesia

Hari Anak Nasional yang kita peringati setiap tanggal 23 Juli merupakan momen penting bagi seluruh bangsa Indonesia untuk merayakan dan menghargai generasi penerus, para anak-anak yang akan membawa harapan dan masa depan bangsa ini. Dalam menghormati peringatan Hari Anak Nasional, penting bagi kita semua untuk merefleksikan peran dan pentingnya mendengarkan aspirasi anak-anak, memahami impian mereka, dan memberikan wadah untuk ekspresi mereka.

TEMAN BELAJAR

1. Masayu (Murid Sanggar Anak Alam/SALAM Yogyakarta)
2. Lintang (Murid SMA Al-Izhar Pondok Labu Jakarta/ RAGAMUDA)

Pendidikan adalah kunci untuk membentuk generasi masa depan yang penuh cinta kasih, toleransi, dan pemahaman antarumat beragama. Namun, di tengah tantangan global yang semakin kompleks, penting bagi kita untuk mencari inspirasi dari perayaan keagamaan yang telah melintasi waktu dan budaya. Dalam konteks ini, perayaan Waisak, yang diperingati oleh umat Buddha di seluruh dunia, menawarkan nilai-nilai universal yang dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan.

Perayaan Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan (mindfulnes) , dan wafat (parinibana) pelapasan, mencapai nirwana. Selain menjadi momen penting dalam tradisi agama Buddha, Waisak juga mengajarkan nilai-nilai fundamental seperti cinta kasih, toleransi, dan penghargaan terhadap kehidupan. Dalam lingkungan pendidikan, nilai-nilai ini menjadi landasan yang kuat untuk membentuk siswa yang peduli, toleran, dan menghargai keragaman.

Dalam podcast Ngopika #4 ini, kita akan menjelajahi cara menanamkan nilai-nilai Waisak dalam lingkungan pendidikan. Kita akan mendengarkan pengalaman guru, yang telah berhasil menerapkan nilai-nilai ini dalam praktik sehari-hari. Mereka akan berbagi pengalaman, strategi, dan pendekatan yang dapat digunakan untuk membantu siswa memahami dan menerapkan nilai-nilai cinta kasih, toleransi, dan kerukunan dalam kehidupan.

Teman Ngobrol kita adalah Bapak Sukiman, Guru Agama Buddha di SMAN 1 Bekasi.

Selamat mendengarkan!!

“Guru yang belajar akan siap untuk mengajar” demikian jelas Opin dalam memulai sesi Live Instagram bersama Yayasan Cahaya Guru. Hofni Pinehas Tafuli atau yang akrab disapa Opin adalah seorang alumni Sekolah Guru Kebinekaan dan juga fasilitator Yayasan Cahaya Guru (YCG). Saat ini, Opin sedang mendapatkan beasiswa dari LPDP untuk melanjutkan kuliah magister pendidikan matematika di Universitas Florida. 

Opin memulai sesi dengan berbagi kisah pribadinya yang penuh tantangan. Sejak kelas 2 SD, ia kehilangan ibunya dan terpaksa pergi ke kota, menjadi pembantu bagi beberapa orang agar bisa melanjutkan pendidikan. Pengalaman hidup yang sulit ini mendorongnya untuk meraih impian melalui beasiswa.

Dalam kegiatan tersebut, Opin menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh daerahnya terkait pemahaman akan pentingnya pendidikan. Menurutnya, anggapan bahwa pendidikan tidaklah penting masih mengakar kuat di masyarakat. 

"Ngapain belajar tinggi-tinggi, nanti ujung-ujungnya kembali ke kampung," ujar Opin dengan tegas. Namun, ia mendorong adik-adiknya dan orang-orang di daerahnya untuk terus berusaha dan menggapai mimpi mereka.

Opin juga berbagi tentang perasaan minder dan khawatirnya ketika berinteraksi dengan orang-orang berbeda darinya. Namun, ia beruntung karena pernah belajar di Sekolah Guru Kebinekaan yang diselenggarakan oleh Yayasan Cahaya Guru. Melalui program tersebut, Opin mempelajari tentang toleransi dan keragaman. Awalnya, ia merasa cemas dan takut salah saat berdialog dengan orang lain, terutama mengenai agama dan kepercayaan. Namun, pengalaman di SGK membantu Opin mengatasi ketakutannya tersebut.

“Di SGK, saya belajar banyak hal, seperti tentang toleransi dan keragaman. Pada awalnya, saya merasa khawatir dan takut membuat kesalahan saat berdialog dengan orang lain, terutama ketika menyangkut agama dan kepercayaan. Saya khawatir akan menyakiti hati dan perasaan orang lain," ungkap Opin dengan jujur.

Dengan semangat dan tekad yang tak tergoyahkan, Opin berhasil meraih beasiswa LPDP yang kini memungkinkannya melanjutkan studi magister pendidikan matematika di Universitas Florida. Kisah inspiratifnya memberikan motivasi kepada para peserta talk show, khususnya para #kawanguru yang hadir dalam acara tersebut.

Melalui kegiatan ini, peserta mendapatkan pemahaman yang lebih luas mengenai jalur beasiswa untuk guru dan terinspirasi untuk meneruskan pendidikan dengan beasiswa. Opin memberikan tips dan saran penting, termasuk persiapan yang matang dan motivasi yang kuat, sebagai kunci meraih beasiswa.

Acara ini juga direkam dan akan diunggah sebagai podcast di platform Spotify, agar informasi yang disampaikan oleh Opin dapat diakses oleh lebih banyak orang dan menjadi sumber inspirasi yang terus tersedia.

Dengan adanya Live IG dan Podcast "Guru Bineka, Raih Beasiswa" ini, diharapkan semakin banyak para #kawanguru yang terinspirasi untuk melanjutkan pendidikan mereka melalui jalur beasiswa.